BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
LATAR BELAKANG
Perkembangan
merupakan proses dimana seorang individu mengalami perubahan dalam aspek
psikologis dan sosialnya.Setiap individu dalam proses hidupnya selalu akan
mengalami,tumbuh,berkembang baik dalam hal psikologis maupun sosialnya dengan
melaui beberapa periode/tahapan-tahapan perkembangan .Adapun tahapan-tahapan perkembangan
suatu individu memiliki beberapa dan tugas-tugas yang harus dicapai demi
keberhasilan perkembangan pada fase tersebut.Keberhasilan mencapai fase
tersebut sangat mempengaruhi individu untuk melalui tahapan perkembangan
selanjutnya dan memperlancar pelaksanakan tugas-tugas perkembangan pada tahap
selanjutnya.Sebaliknya,jika seseorang individu gagal melaksanakan tugas-tugas
perkembangan pada tahapan tersebut akan berakibat tidak baik bagi perkembangan
psikologis maupun sosialnya.
Salah satu tahapan
perkembangan yang harus dilalui oleh individu dalam rentang kehidupan nya
adalah masa remaja.Remaja adalah masa dimana pada individu berusia antara 11-17 tahun yang ditandai
dengan sifat-sifat yang idealis,berkhayal,memiliki ego yang tinggi dan mulai
berpikir tentang masa depan.Hal tersebut menunjukkan remaja bahwa mereka telah
berada dalam masa perkembangan yang disebut adolensi.
Masa ini merupakan
taraf perkembangan dalam kehidupan manusia,dimana seseorang sudah tidak dapat disebut anak kecil tetapi
juga belum dapat dikatakn dewasa yang pada umumnya merupakan masa peralihan
dari anak-anak menuju dewasa yang kembali lagi dianut dengan masa pubertas atau
adolensi.
1.2. RUMUSAN MASALAH
Masalah menjadi
dasar dalam sebuah kajian. Agar kajian dapat dilaksanakan dengan baik, masalah
yang begitu kompleks harus dirumuskan agar menjadi lebih fokus. Terdapat enam
masalah dalam kajian ini.
1. Bagaimanakah bawaan sejak lahir atau lingkungan?
2. Apa sajakah bukti pengaruh hereditas?
3. Apa sajakah dimensi perkembangan peserta didik?
4. Apakah problema yang dapat mempengaruhi perkembangan peserta didik
dan lingkungan?
5. Apakah tugas-tugas perkembangan?
6.
Bagaimanakah tahapan
perkembangan peserta didik?
1.3. TUJUAN MASALAH
Tujuan merupakan
implementasi dari masalah yang telah ditentukan. Berdasarkan masalah yang ada,
terdapat enam tujuan dalam kajian ini.
1. Untuk menjelaskan bawaan sejak lahir atau lingkungan.
2. Untuk memaparkan bukti pengaruh hereditas.
3. Untuk memaparkan dimensi perkembangan peserta didik.
4. Untuk memahami problem yang dapat mempengaruhi perkembangan peserta
didik dan lingkungan.
5. Untuk mempelajari tugas-tugas perkembangan.
6. Untuk menjelaskan tahapan perkembangan peserta didik.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. BAWAAN SEJAK LAHIR ATAU LINGKUNGAN
Peserta didik itu
beragam karakteristik, misalnya tinggi badan, warna kulit, warna mata, dan
sebagainya.Sebagian besar karakteristik peserta didik ditentukan secara
genetis.
Secara garis besar
faktor perkembangan dan bawaan sejak lahir dapat dikemukakan oleh pendapat para
ahli ada tiga golongan yaitu:
a.
Aliran Nativisme
Menurut aliran ini
bahwa perkembangan individu semata-mata ditentukan oleh faktor-faktor yang
dibawa sejak lahir (natus = lahir). Anak sejak lahir membawa sifat-sifat dan
dasar-dasar tertentu yang dinamakan pembawaan.Para ahli yang mengikuti paham
ini biasanya menunjukan berbagai kesamaan/kemiripan antara orang tua dan anak.
Misalnya kalau ayahnya ahli musik maka anaknya juga akan menjadi ahli musik.
Ayahnya seorang guru maka anaknya juga akan menjadi anak yang pandai karena
mewarisi sifat genetik sang ayah dan juga kemungkinan akan bisa menjadi guru
juga. Keistimewaan yang dimiliki orang tua biasanya juga dimiliki anaknya.Sifat
pembawaan tersebut mempunyai peranan yang sangat penting bagi perkembangan
individu.Pendidikan dan lingkungan hampir tidak ada pengaruhnya terhadap
perkembangan anak.Tokoh aliran ini adalah Schopenhauer dan Lombroso.
b.
Aliran Empirisme
Menurut aliran ini
bahwa perkembangan individu semata-mata dipengaruhioleh faktor dari luar
(lingkungan). Sedangkan pembawaan tidak memiliki peranan sama sekali. Tokoh
aliran ini ialah John Locke (1632-1704) yang terkenal dengan teori
“Tabularasa”.Para ahli yang memiliki paham ini biasanya menyatakan bahwa tidak
ada kemiripan antara orang tua dan anak.Misalnya kalau ayahnya seorang dokter tapi
anaknya tidak mengikuti jejak ayahnya yang menjadi dokter tetapi, dia lebih
suka bermain musik dan belajar kesenian karena pengaruh melihat teman-temannya
yang suka baermain musik.Ada juga seorang ayah yang pandai dan jenius tetapi
anaknya tidak pandai karena keseringan main dengan teman-teman yang tidak rajin
belajar dan lebih suka main Ps. Maka faktor lingkungan juga dapat mempengaruhi
perkembangan individu.
c.
Aliran
Konvergensi
Menurut aliran ini
bahwa manusia dalam perkembangan hidupnya dipengaruhi oleh bakat atau bawaan
dan lingkungan.Manusia lahir telah membaw benih-benih tertentu dan bisa
berkembang karena pengaruh lingkungan.Aliran ini dipelopori oleh W. Stren.Pada
umumnya paham inilah yang sekarang banyak di ikuti oleh para ahli pendidikan
dan psikologi, walaupun banyank juga kritik yang dilontarkan terhadap paham
ini.Salah satu kritik ialah Stren tidak dapat dengan pasti menunjukan
perbandingan kekuatan dua pengaruh itu.Dengan demikian pendidikan harus
mengusahakan agar benih-benih yang baik dapat berkembang optimal dan
benih-benih yang jelek ditekan sekuat mungkin sehingga tidak dapat berkembang.
Menurut McDevitt dan
Ormrod, sering sulit memisahkan pengaruh relative dari faktor keturunan dan
lingkungan terhadap karakteristik peserta didik. Peserta didik yang memiliki
genetic yang sama (misalnya, saudara-saudara, orang tua, dan anak-anak mereka)
biasanya tinggal di lingkungan yang sama juga. Jadi ketika kita melihat
kesamaan dalam kecerdasan intelektual diantara anggota keluarga yang sama,
sulit untuk mengetahui apakah kesamaan mereka disebabkan oleh gen atau
lingkungan tempat anggota keluarga itu berada. Namun demikian, menurut dua
pakar ini secara signifikan hasil penelitian memberitahu kita bahwa faktor
keturunan dan lingkungan mempengaruhi kecerdasan peserta didik.
2.2. BUKTI PENGARUH HEREDITER
Menurut McDevitt dan
Ormrod (dalam Danim, 2013:91) hasil penelitian membuktikan bahwa ukuran
kecepatan pengolahan informasi berkolerasi positif dengan skor IQ.Kecepatan
pemrosesan tergantung pada efisiensi neurologis dan kematangan yang
dikendalikan secara genetik.Dari sudut pandang ini, ada bukti kuat bahwa
tingkat kecerdasan seseorang sangat ditentukan oleh faktor keturunan.
Banyak pula
ditemukan anak-anak dengan cacat genetik tertentu memiliki IQ rata-rata jauh
lebih rendah dari rekan-rekan mereka yang tidak memiliki cacat yang sama (Keogh
dan MacMillan dalam Danim, 2013:91).Akan tetapi bukti paling meyakinkan berasal
dari studi kembar dan studi adopsi.
A. Studi Si Kembar
Sejumlah penelitian
telah menggunakan kembar monozigotik (identik) dan kembar dizigotik
(persaudaraan) untuk mengetahui berapa kuat faktor hereditas mempengaruhi IQ.
Kebanyakan kembar
dibesarkan bersama-sama dengan orang tua dan di rumah yang sama, mereka
dibentuk oleh lingkungan yang sama serta gen yang serupa. Namun bahkan ketika
kembar dibesarkan secara terpisah (ungkin karena mereka telah diadopsi dan
dibesarkan oleh orang tua yang berbeda), mereka juga memiliki skor IQ yang
sama.
B.
Studi Adopsi
Cara lain untuk
membedakan pengaruh hereditas dan lingkungan adalah membandingkan anak-anak
yang diadopsi oleh kedua orang tua biologis dan angkat mereka. Anak yang
diadopsi cenderung mirip dengan orang tua biologis merea dalam susunan
genetiknya.Sedangkan lingkungan mereka, tentu saja lebih dekat cocok dengan
orang tua angkat mereka.
Selain itu, menurut
Bouchard (dalam Danim, 2013:93) korelasi antara anak yang diadopsi dan orang
tua biologis mereka menjadi lebih kuat, dan korelasi antara anak-anak dan orang
tua angkat mereka menjadi lemah, sebagai anak-anak tumbuh lebih tua, terutama
selama masa remaja akhir. Studi adopsi dan studi kembar tidak memungkinkan
peneliti untuk mengkaji cara-cara dimana keturunan dan lingkungan mungkin
berinteraksi dalam pengaruhnya terhadap tingkat kecerdasan.
Hal ini bukan untuk
mengatakan bahwa anak-anak ditakdirkan memiliki tingkat kecerdasan yang sama
dengan orang tua biologis mereka. Sehingga, faktor genetik mungkin bukan
merupakan prediktor pasti tentang potensi IQ mereka
sendiri, karenanya
faktor lingkungan sangat mungkin juga membuat perbedaan yang cukup.
2.3. PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
Studi tentang
perubahan progresif perilaku dan kemampuan manusia, termasuk peserta didik,
dari konsepsi sampai mati merupakan tugas psikologi perkembangan. Ketika
dilahirkan, anak manusia itu sudah lengkap secara fisik, namun, bayi manusia
akan mati jika tidak dirawat. Ketika dilahirkan, bayi tidak bias mengangkat kepalanya.
Dia tidak bias berbalik dengan sendirinya dan tidak bias makan sendiri. Namun
demikian, dia dapat telah dapat mendengar, melihat, membau, merasa, merespon
rasa sakit, dan mengenali sentuhan. Meskipun indera mereka kurang akurat saat
lahir,bayi segera responsive terhadap lingkungan mereka. Beberapa dimensi
perkembangan anak dijelaskan seperti berikut ini :
a. Pematangan atau maturation
Kemunculan dan perkembangan karakteristik pribadi berjalan dalam sebuah
urutan teratur sejalan dengan pertumbuhan fisik.Pematangan mengacu pada
pertumbuhan fisik dan perkembangan mengacu pada terutama pada system saraf.
b. Sekuensi teratur atau orderly sequence.
Tingkat kematangan bervariasi pada masing-masing anak, meski urutan
hamper universal. Secara umum peningkatan control otot pada bayi berawal dari
kepala sampai kaki dan dari tubuh bagian tengah ke kaki. Urutan yang umumnya
universal itu, misalnya kemampuan menahan kepala sebelum bias tengkurap
sendiri, kemampuan duduk sebelum merangkak, kemampuan merangkak sebelum
berdiri, kemampuan berdiri sebelum berjalan, dan seterusnya.
c. Prinsip kesiapan keutamaan gerak atau readiness principle of motor
primacy.
Pematangan biasanya
menciptakan kondisi kesiapan untuk belajar.Sampai dengan struktur fisik yang
diperlukan sudah siap, metinya tidak dilakukan latihan dengan
pemaksaan.Misalnya, mencoba mengajari anak untuk berjalan ke toilet atau naik
sepeda sebelum dia siap.
d. Temperamen atau Temperament.
Mengacu pada ciri-ciri kepribadian, seperti suasana hati, kepekaan, dan
tingkat energi. Bayi baru lahir berbeda dalam kegiatan, lekas marah, distractibility,
dan aspek lain dari temperamen. Karena perbedaan bawaan pada masing-masing
anak, berbeda pula kesiapan mereka untuk bias tersenyum, menangis, menyanyi,
menjangkau, atau meminta perhatian.
2.4. PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK DAN LINGKUNGAN
Masa depan manusia
banyak dipengaruhi oleh rangsangan lingkungan sekitar. Namun antara rangsangan
lingkungan dulu dan kini sungguh berbeda.Dari lingkungan inilah potensi bawaan
seseorang hampir sering berubah sepanjang perjalanan hidup manusia.
Salah satu contohnya
adalah perbedaan manusia sejak ia mulai dilahirkan. Bayi akan mengadaptasi
apapun yang sedang terjadi di lingkungannya, seperti meniru orang tua atau
siapapun yang dekat dengannya. Kesadaran itu bersumber dari dirinya sendiri dan
interaksi sosial dengan orang lain.
Berikut adalah ragam
perkembangan anak baik dari faktor bawaan karena bentuk lingkungan itu sendiri,
khususnya lingkungan sosial.
1.Kesadaran diri.
Kesadaran diri tergantung pada pematangan sistem sarafnya. Namun pada saat
kesadaran diri digabung dengan kesadaran orang lain akan membentuk inti dari
perkembangan kehidupan sosialnya. Oleh sebab itu seorang anak harus selalu
diajarkan melakukan kontak sosial dengan lingkungannya.
2.Pengacuan sosial.
Anak memiliki kemampuan melihat ekspresi wajah orang lain untuk memutuskan cara
untuk menanggapinya. Pada saat akhir tahun pertama, bayi mulai sadar akan
ekspresi orang lain dan mencari bimbingan dari mereka. Kemampuan ini merupakan
akar dari suatu keterampilan sosial penting. Oleh karena itu keterampilan
sosial dan perkembangan emosional ikut dibentuk oleh bagaimana cara pengasuhan.
3.Periode kritis.
Akibat pengaruh lingkungan, kadar kesensitivitas seorang anak dapat meningkat,
baik itu secara positif atau bahkan
negatif. Peristiwa-peristiwa yang nantinya terjadi selama periode kritis dapat
menentukan apakah anak berkembang secara normal atau sebaliknya.Pada periode
kritis ini sentuhan lingkungan menjadi pengalaman awal yang memberikan efek pada
kehidupan anak di kemudian hari.
4.Perawatan primer.
Anak mendapatkan perawatan primer dari lingkungannya, terutama orang tua atau
pengasuh. Mereka mengembangkan dan mengajarkan hubungan emosional serta fisik
dengan orang lain di lingkungannya.
5.Pengayaan dalam
pengembangan. Lingkungan merangsang perkembangan fisik, emosi, persepsi, dan
intelektual anak. Salah satu contohnya adalah saat anak berusia 5 bulan, yang
mana ia ingin menyentuh apa saja di sekitarnya. Bagian inilah sedang terjadi
perkembangan motorik, asalkan tidak berbahaya.
2.5. TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
Tugas perkembangan atau develompment task
menurut Havirgust (Robert James Havirgust) adalah “tugas-tugas yang harus
dipecahkan atau diselesaikan oleh setiap individu pada setiap periode
perkembangannya agar supaya individu tersebut menjadi berbahagia”.
Menurut Hurlock, tujuan mempelajari tugas
perkembangan sebagai berikut.
1.
Mendapatkan petunjuk bagi individu untuk mengetahui apa yang diharapkan
masyarakat dari mereka pada periode usia-usia tertentu.
2.
Memberikan motivasi kepada individu untuk melakukan apa yang diharapkan
dari mereka oleh kelompok sosial pada usia tertentu sepanjan kehidupannya.
3.
Menunjukkan kepada individu tentang apa yang akan dihadapi dan tindaka pa
yang diharapkan kalau sampai pada tingkat perkembangan berikutnya.
Begitupula, adapun faktor yang mempengaruhi
tugas berkembangan yaitu:
a.
Tuntutan kebudayaan.
b.
Kematangan fisik.
c.
Kepribadian seseorang.
Tugas-tugas perkembangan berkenaan dengan
sikap, perilaku dan keterampilan idealnya. Harus dikuasai dan diselesaikan
sesuai dengan fase usia perkembangannya. Tugas-tugas perkembangan individu
bersumber pada faktor-faktor kematangan
fisik, tuntutan kultural kemasyarakatan. Cita-cita dan norma-norma agama.Di
bawah ini dikemukakan Havighurat (1948) mengenai tugas-tugas
perkembangan.Selanjutnya, dikemukakan juga tugas-tugas Perkembangan Peserta
Didik Usia sekolah.Materinya dikembangkan dari berbagai sumber.
Adapun Periode Perkembangan dan Tugas-tugas
Perkembangan.
1.
Masa Bayi dan Kanak-kanak Awal (0.0-6.0 tahun)
a.
Belajar berjalan pada usia 9.0 - 15.0 bulan.
b.
Belajar memakan makanan padat.
c.
Belajar berbicara
d.
Belajar buang air kecil dan buang air bersar.
e.
Belajar mengenal perbedaan jenis kelamin.
f.
Mencapai kestabilan jasmaniah fisiologis.
g.
Membentuk konsep–konsep sederhana kenyataan sosial dan alam.
h.
Belajar mengadakan hubungan emosional dengan orang tua, saudara dan
orang lain.
i.
Belajar mengadakan hubungan baik dan buruk dan perkembangan kata hati.
2.
Masa Kanak –Kanak Akhir dan Anak Sekolah (6.0 – 12.0 usia SD/Sederajat)
a.
Belajar membentuk sikap yang
sehat terhadap dirinya sendiri sebagai makhluk biologis.
b.
Belajar bergaul dengan teman sebaya.
c.
Belajar memainkan peranan sesuai dengan jenis kelaminnya.
d.
Belajar ketrampilan dasar dalam membaca, menulis dan berhitung.
e.
Belajar mengembangkan konsep-konsep sehari-hari.
f. Mengembangkan kata hati.
g.
Belajar memperoleh kebebasan yang bersifat pribadi.
h.
Mengembangkan sikap yang positif terhadap kelompok sosial.
3.
Masa Remaja (12.0 – 21.0)
a.
Mencapai hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya.
b. Mencapai peran sosial sebagai pria atau
wanita.
c.
Menerima keadaan fisik dan menggunakan secara efektif.
d.
Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya.
e.
Mencapai jaminan kemandirian ekonomi.
f. Memilih
dan mempersiapkan karier.
g.
Mempersiapkan pernikahan dan hidup berkeluarga.
h.
Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang diperlukan
bagi warga negara.
i.
Mencapai perilaku yang bertanggungjawab secara sosial.
j.
Memperoleh seperangkat nilai sitem etika sebagai Petunjuk atau
pembimbing dalam berperilaku.
Dari berbagai sumber, berikut ini juga
dikembangkan tugas-tugas perkembangan anak sejak usia prasekolah sampai dengan
sekolah menengah atas. Pemahaman ini penting bagi guru dalam rangka memberikan
layanan pembelajaran dan bimbingan konseling/karier.
1.
Masa Usia Prasekolah
a.
Menggunakan fungsi-fungsi biologis untuk menemukan berbagai hal dalam
dunianya.
b.
Masa belajar pada tahun pertama dalam kehidupan individu atau masa oral
(mulut) , karena mulut dipandang sebagai sumber kenikmatan dan merupakan alat
untuk melakukan eksplorasi dan belajar.
c.
Belajar berjalan sehungga anak belajar menguasai ruang, mulaidari yang
paling dekat sampai yang paling jauh.
d.
Pembiasaan terhadap kebersihan.
e.
Perkembangan rasa keindahan.
2.
Masa Usia Sekolah Dasar
a.
Adanya korelasi positif yang tinggi antara keadaan dengan prestasi.
b.
Sikap tunduk kepada peraturan-peraturan permainan tradisional.
c.
Adanya kecenderungan memuji diri sendiri.
d.
Membandingkan dirinya dengan orang lain.
e.
Apabila tidak dapat menyelesaikan suatu soal, maka soal itu dianggap
tidak penting.
f.
Minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret.
g.
Amat realitis, rasa ingin tahu dan ingin belajar.
h.
Menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal atau mata
pelajaran khusus sebagai mulai menonjolnya bakat-bakat khusus.
i.
Pada masa ini anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran tepat
mengenai prestasi sekolahnya.
3.
Tingkat SMP (Depdiknas 2003)
a.
Mencapai perkembangan diri sebagai remaja yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa.
b.
Mempersiapkan diri, menerima dan bersikap positif serta dinamis terhadap
perubahan fisik dan psikis yang terjadi pada diri sendiri untuk kehidupan yang
sehat.
c.
Mencapai pada hubungan yang baik dengan teman sebaya dalam peranannya
sebagai pria atau wanita.
d.
Menatap nilai dan cara bertingkah laku yang dapat diterima dalam
kehidupan sosial yang lebih luas.
e.
Mengenal kemampuan bakat, dan minat serta arah kecenderungan karier dan
apresiasi seni.
f.
Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan kebutuhannya
untuk mengikuti dan melanjutkan pelajaran dan atau mempersiapkan karier serta
berperan dalam kehidupan masyarakat.
g.
Mengenal gambaran dan sikap tentang kehidupan mandiri secara emosional,
sosial dan ekonomi.
h.
Mengenal sistem etika dan nilai-nilai sebagai, anggota masyarakat dan
minat manusia.
4.
Tingkat SMA/Sederajat (Depdiknas, 2003)
a.
Mencapai kematangan dalam beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa.
b.
Mencapai kematangan dalam hubungan teman sebaya, serta kematangan dalam
perannya sebagai pria atau wanita.
c.
Mencapai kematangan pertumbuhan jasmaniah yang besar.
d.
Mengembangkan pengetahuan ilmu, teknologi, dan kesenian sesuai dengan
program kurikulum persiapan karier dan melanjutkan pendidikan tinggi serta
berperan dalam kehidupan masyarakat yang lebih luas.
e.
Mencapai kematangan dalam pilihan karier.
f.
Mencapai kematangan gambaran dan sikap tentang kehidupan mandiri secara
emosional, sosial, intelectual dan ekonomi.
2.6. TAHAPAN PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
Perubahan akan
selalu dialami oleh setiap manusia sejak ia lahir hingga mencapai kedewasaan.
Perubahan ini terjadi secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan dari
diri individu.
Sistematis artinya
perkembangan itu dalam makna normal jelas urutannya.Progresif bermakna
perkembangan itu merupakan metamorfosis menuju kondisi ideal.Sedangkan
berkesinambungan bermakna ada konsistensi laju perkembangan itu sampai dengan
tingkat optimum yang bisa dicapai (Danim, 2013:97).
Levinson (dalam
Danim, 2013:97) menjelaskan bahwa siklus kehidupan manusia terdiri dari empat
urutan yang masing-masing berlangsung selama sekitar dua puluh lima tahun.
Berikut beberapa periode perkembangan manusia.
1)
Masa anak-anak dan
remaja, sejak lahir sampai dengan usia dua puluh tahun. Transisi awal terjadi
pada usia anak tiga tahun.
2) Masa dewasa awal, umur 17 – 45 tahun.
v Transisi awal, umur 17 – 22 tahun
v Memasuki dunia dewasa, umur 22 – 28 tahun
v Umur 30 tahun, transisi antara 28 – 33 tahun
v Menetap, umur 33 – 40 tahun
3) Masa dewasa tengah, umur 40 – 65 tahun
v Transisi setengah baya, umur 40 – 45 tahun
v Memasuki usia dewasa tengah, umur 45 – 50 tahun
v Umur 50 tahun, transisi umur 50 – 55 tahun
v Puncak dari dewasa tengah, umur 55 – 60 tahun
4) Masa dewasa akhir dewasa, usia 60 tahun
5)
Akhir dewasa,
transisi umur 60 – 65 tahun
Terjadi perbedaan atau transisi pada
masing-masing era. Erik Erikson (dalam Danim, 2013:98) berpendapat bahwa
cir-ciri kepribadian manusia itu muncul secara berlawanan, antara pesimis atau
optimis, independen atau tergantung, emosional atau tanpa emosi, petualang atau
hati-hati, pemimpin optimis atau pengikut, agresif atau pasif, dan sejenisnya.
Erik melanjutkan bahwa perkembangan individu
ditentukan oleh pengaruh interaksi antara faktor genetika (biologis), pikiran
(psikologis), dan budaya (etos). Sehingga dapat diklasifikasikan dalam delapan
tahap perkembangan kehidupan manusia dari ia lahir hingga mati.
1. Fase bayi: sejak lahir sampai usia 18 bulan. Masa bayi disebut
sebagai tahap sensori oral (oral sensory stage), dengan ditandai kebiasaan
memasukan segala sesuatu ke mulut. Pada fase ini sosok ibu sangat dibutuhkan
untuk proses merawat secara positif dan penuh kasih sayang. Utamanya pada
kontak visual dan sentuhan.
2. Fase usia dini: usia 18 bulan sampai 3 tahun. Hal penting dalam
fase ini adalah kontrol diri, keberanian, dan kemauan. Anak sedang belajar
menguasai keterampilan untuk dirinya sendiri. Ia belajar berjalan, berbicara,
mengembangkan gerakan yang lebih halus. Serta anak memiliki kesempatan
membangun harga diri sebagai manusia, mengontrol tubuhnya, mendapat
keterampilan baru, serta belajar benar dan salah. Hasil akhir yang dapat
terlihat nanti adalah bentuk rendah diri.
3. Fase bermain: umur 3 – 5 tahun. Pada fase ini anak mengalami suatu
keinginan untuk meniru orang dewasa di sekitarnya dan berinisiatif menciptakan
situasi bermain. Fase ini pula anak telah mampu menjawab pertanyaan ‘mengapa’
atau mengajukan pertanyaan. Anak-anak akan lebih terlibat dengan peran sosial
atau hubungan dengan keluarga inti.
4. Fase sekolah: umur 6 – 12 tahun. Pada fase ini sering disebut
latency, manusia mampu belajar, menciptakan dan menyelesaikan berbagai
keterampilan baru dan pengetahuan. Fase ini penting dari segi pengembangan
sosial anak. Posisi orang tua tidak lagi menjadi pihak utama namun
keberadaannya masih dirasa penting.
5. Fase remaja: umur 12 – 18 tahun. Kekuatan dasar dari fase ini
adalah pengabdian dan fidelity. Manusia di fase ini sebagian besar bergantung
pada apa yang dilakukannya. Ini adalah masa remaja, ia tidak lagi anak-anak
namun belum masuk fase kehidupan orang dewasa. Mereka mencoba mencari jati diri
sendiri, berjuang dengan interaksi sosia. Hubungan dengan teman sebaya menjadi
sangat penting.
6. Fase dewasa muda: umur 18 – 35 tahun. Pada fase ini manusia
memiliki kekuatan pada segi afiliasi dan cinta. Tahap awal menjadi seseorang
dewasa yang mana mencari banyak sahabat dan cinta. Fase inilah manusia mulai
menjalin hubungan seperti pernikahan, hubugan dengan teman dan memulai sebuah
keluarga.
7. Beberapa dari mereka yang berusia tiga puluh masih saja ada yang
belum memulai membentuk sebuah keluarga. Jika tahap ini berhasil, seseorang
akan mengalami keintiman pada tingkat yang dalam. Namun sebaliknya, jika tidak
akan mungkin muncul rasa isolasi dan jarak dari orang lain. dunia
pergaulannyapun akan terkesan menjauh.
8. Fase dewasa tengah: umur 35 sampai dengan 55 atau (mungkin bahkan
usia 65 tahun). Ini adaah fase kedewasaan. Kekuatan dasarnya adalah produksi
dan perawatan. Pada usia ini manusia cenderung mampu melakukan karya kreatif
yang bermakna dan membicarakan seputar kehidupan berkeluarga. Ia kan menjadi
lebih bertanggung jawab dengan perannya.
9. Dewasa akhir: umur 55 atau 65 tahun hingga kematian. Dasar
kekuatannya adalah kebijaksanaan. Orang mulai mempersiapkan kehidupan pada
tahap dewasa tengah dan tahap terakhir dia sudah merasa nyaman. pada fase ini
orang merasakan besarnya hikmat dunia kemudian mereorientasi kepedulian yang
mulai “terpisah” dengan kepentingan kehidupan duniawi, atau menerima kematian sebagai
penyelesaian kehidupan.
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan pada bab II, dapat
diambil enam simpulan.
1.Secara garis besar faktor perkembangan dan
bawaan sejak lahir dapat dikemukakan oleh pendapat para ahli ada tiga golongan yaitu:
aliran nativisme, aliran empirisme, dan aliran konvergensi.
2.Kecepatan pemrosesan tergantung pada
efisiensi neurologis dan kematangan yang dikendalikan secara genetik. Akan
tetapi bukti paling meyakinkan mungkin berasal dari studi kembar dan studi adopsi.
3.Perkembangan manusia dapat dilihat dari
multidimensi, baik fisik maupun nonfisik. Dimensi-dimensi perkembangan
individu, termasuk peserta didik dapat digolongkan menjadi: perkembangan fisik,
perkembangan perilaku psikomotorik, perkembangan bahasa, perkembangan kognitif,
perkembangan perilaku sosial, perkembangan moralitas, perkembangan bidang
keagamaan, perkembangan konatif dan perkembangan emosional.
4.Masa depan manusia banyak dipengaruhi oleh
rangsangan lingkungan sekitar. Namun antara rangsangan lingkungan dulu dan kini
sungguh berbeda.Dari lingkungan inilah potensi bawaan seseorang hampir sering
berubah sepanjang perjalanan hidup manusia.
5.Tugas-tugas perkembangan berkenaan dengan
sikap, perilaku dan keterampilan idealnya. Harus dikuasai dan diselesaikan
sesuai dengan fase usia perkembangannya. Tugas-tugas perkembangan individu
bersumber pada faktor-faktor kematangan
fisik, tuntutan kultural kemasyarakatan.
6.Perubahan akan selalu dialami oleh setiap
manusia sejak ia lahir hingga mencapai kedewasaan. Perubahan ini terjadi secara
sistematis, progresif, dan berkesinambungan dari diri individu.
DAFTAR PUSTAKA
Bangsawan, LT. 2006.
Perkembangan Peserta Didik. Bandung: CV. Citra Praya.
Danim, Sudarwan.
2013. Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Alfabeta.
Hamiyah, Nur dan
Muhamad Jauhar. 2014. Strategi Belajar-Mengajar di Kelas.
Jakarta: Prestasi
Pustaka.
Qalbu, Himitshu.
2011. “Perkembangan Peserta Didik (makalah)” (online),
https://himitsuqalbu.wordpress.com/2011/11/04/perkembangan-peserta-didik
Komentar
Posting Komentar