TEORI SKINNER

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Teori dan Belajar
Teori adalah seperangkat konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang memberikan, menjelaskan dan memprediksikan fenomena. Ada dua macam teori, yaitu teori intuitif dan teori ilmiah. Teori intuitif adalah teori yang dibangun berdasarkan pengalaman praktis. Sedangkan teori ilmiah (teori formal) adalah teori yang dibangun berdasarkan hasil-hasil penelitian. Guru lebih sering menggunakan teori jenis yang pertama.
Tujuan Teori
1.       Adalah menjelaskan, memahami, memprediksi dan perubahan sosial.
  1. Membantu kita menemukan jawaban pertanyaan mengapa dan bagaimana mengenai pengalaman-pengalaman komunikasi kita.
  2. Suatu teori atau beberapa teori merupakan ikhtisar daripada hal-hal yang telah diketahui serta diuji kebenarannya yang menyangkut objek yang dipelajari sosiologi.
Skinner (1958) memberikan definisi belajar “ Laerning is a process of progressive behavior adaptation”. Dari definisi tersebut dapat dijelaskan bahwa belajar itu merupakan suatu proses adaptasi perilaku yang bersifat progresif. Ini berarti bahwa sebagai akibat dari belajar adanya sifat progresifitas, adanya tendensi kearah yang lebih baik dari keadaan sebelumnya.Belajar secara sederhana dikatakan sebagai proses perubahan dari belum mampu menjadi sudah mampu, terjadi dalam jangka waktu tertentu. Perubahan yang terjadi itu harus secara relative bersifat menetap (permanen) dan tidak hanya terjadi pada perilaku yang saat ini nampak (immediate behavior) tetapi juga pada prilaku yang mungkin terjadi di masa mendatang (potential behavior. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah bahwa perubahan-perubahan tersebut terjadi karena pengalaman.
 2.2 Pengertian Operant Conditioning
Operant conditioning adalah suatu usaha pengkondisian untuk menimbulkan dan mengembangkan respons sebagai usaha memperoleh “penguatan”. Dengan kata lain melalui pemberian reinforcement (penguatan) itu maka seseorang dapat mengontrol tingkah laku organisme. Operant kondisioning meliputi proses-proses belajar yang mempergunakan otot-otot secara sadar, memberikan jawaban dengan otot-otot tersebut dan mengikutinya dengan pengulangan untuk penguatan. Walaupun demikian, perilaku tersebut masih dikendalikan faktor luar (faktor lingkungan, rangsang atau stimulus) yang mana akan sangat mempengaruhi respon-respon yang akan diperlihatkan.
2.3 Sejarah Munculnya Teori Kondisioning Operan B.F Skinner 
                 Burrhusm Frederic Skinner (1904-1990).  Lahir pada tanggal 20 maret 1904 di Amerika Serikat. Ia pernah menempuh pendidikan di bidang bahasa inggris di Hamilton college dan Universitas Harvard pada tahun 1936. Kemudian, ia mengajar di Universitas Minnesota pada tahun 1948 dan Universitas Harvard sampai akhir hayatnya.
Asas pengkondisian operan B.F Skinner dimulai awal tahun 1930-an, pada waktu keluarnya teori S-R. Pada waktu keluarnya teori-teori S-R. Pada waktu itu model kondisian klasik dari Pavlov telah memberikan pengaruh yang kuat pada pelaksanaan penelitian. Istilah-istilah seperti cues (pengisyaratan), purposive behavior (tingkah laku purposive) dan drive stimuli (stimulus dorongan) dikemukakan untuk menunjukkan daya suatu stimulus untuk memunculkan atau memicu suatu respon tertentu. Skinner tidak sependapat dengan pandangan S-R dan penjelasan reflex bersyarat dimana stimulus terus memiliki sifat-sifat kekuatan yang tidak mengendur. Menurut Skinner penjelasan S-R tentang terjadinya perubahan tingkah laku tidak lengkap untuk menjelaskan bagaimana organisme berinteraksi dengan lingkungannya. Bukan begitu,banyak tingkah laku menghasilkan perubahan atau konsekuensi pada lingkungan yang mempunyai pengaruh terhadap organisme dan dengan begitu mengubah kemungkinan organisme itu merespon nanti. Asas-asas kondisioning operan adalah kelanjutan dari tradisi yang didirikan oleh John Watson. Artinya, agar psikologi bisa menjadi suatu ilmu, maka studi tingkah laku harus dijadikan fokus penelitian psikologi. Tidak seperti halnya teoritikus-teoritikus S-R lainnya, Skinner menghindari kontradiksi yang ditampilkan oleh model kondisioning klasik dari Pavlov dan kondisioning instrumental dari Thorndike. Ia mengajukan suatu paradigma yang mencakup kedua jenis respon itu dan berlanjut dengan mengupas kondisi-kondisi yang bertanggung jawab atas munculnya respons atau tingkah laku operan.
2.4 Konsep utama operant conditioning
Dalam sebuah buku dituliskan bahwa menurut skinner, pengkondisian operan terdiri dari dua konsep utama, yaitu :
1.      Penguatan (reinforcement)
Penguatan (reinforcement) adalah konsekuensi yang meningkatkan probabilitas bahwa suatu perilaku akan terjadi. Skinner membagi penguatan ini menjadi dua bagian:
a. Penguatan positif, adalah penguatan berdasarkan prinsip bahwa frekuensi respons     meningkat karena diikuti dengan stimulus yang mendukung (rewarding). Bentuk-bentuk penguatan positif adalah berupa hadiah , perilaku (senyum, menganggukkan kepala untuk menyetujui, bertepuk tangan, mengacungkan jempol), atau penghargaan (nilai A, Juara 1 dsb).
b. Penguatan negatif, adalah penguatan berdasarkan prinsip bahwa frekuensi respons   meningkat karena diikuti dengan penghilangan stimulus yang merugikan (tidak menyenangkan). Bentuk-bentuk penguatan negatif antara lain: menunda/tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan atau menunjukkan perilaku tidak senang (menggeleng, kening berkerut, muka kecewa dll).
Satu cara untuk mengingat perbedaan antara penguatan positif dan penguatan negatif adalah dalam penguatan positif ada sesuatu yang ditambahkan atau diperoleh. Dalam penguatan negatif, ada sesuatu yang dikurangi atau di hilangkan. Dalam penguatan negatif, ada sesuatu yang dikurangi atau di hilangkan. Mudah untuk mengacaukan penguatan negatif dengan hukuman. Agar istilah ini tidak rancu, ingat bahwa penguatan negatif meningkatkan probabilitas terjadinya suatu prilaku, sedangkan hukuman menurunkan probabilitas terjadinya perilaku.
2.      Hukuman (punishment)
Hukuman (punishment) adalah konsekuensi yang menurunkan probabilitas terjadinya suatu perilaku atau apa saja yang menyebabkan sesuatu respon atau tingkahlaku menjadi berkurang atau bahkan langsung dihapuskan atau ditinggalkan. Dalam bahasa sehari-hari kita dapat mengatakan bahwa hukuman adalah mencegah pemberian sesuatu yang diharapkan organisme, atau memberi sesuatu yang tidak diinginnya.
Namun menurut skinner hukuman tidak menurunkan probabilitas respon, walaupun hukuman bisa menekan suatu respon selama hukuman itu diterapkan, manun hukuman tidak akan melemahkan kebiasaan. Skinner juga berpendapat bahwa hukuman dalam jangka panjang tidak akan efektif, tampak bahwa hukuman hanya menekan perilaku, dan ketika ancaman dihilangkan, tingkat perilaku akan ke level semula Contohnya :
Penguatan positif
Perilaku
Muridmengajukan pertanyaan yang bagus
Konsekuensi
Guru memuji murid
Prilaku kedepan
Murid mengajukan lebih banyak pertanyaan
Penguatan negatif
Perilaku
Murid menyerahkan PR tepat waktu
Konsekuensi
Guru berhenti menegur murid
Prilaku kedepan
Murid makin sering menyerahkan PR tepat waktu
Hukuman
Perilaku
Murid menyela guru
Konsekuensi
Guru menegur murid langsung
Prilaku kedepan
Murid berhenti menyela guru
Ingat bahwa penguatan bisa berbentuk postif dan negatif. Dalam kedua bentuk itu, konsekuensi meningkatkan prilaku. Dalam hukuman, perilakunya berkurang.
Reinforcement negative itu sering dikacaukan dengan hukuman. Proses reinforcement baik positif ataupun negative selalu berupa memperkuat tingkah laku. Sebaliknya, hukuman mengandung pengurangan atau penekanan tingkah laku. Dalam kaitannya dengan hukuman, Skinner tidak mendukung digunakannya hukuman dalam rangka pembentukan prilaku, karena hukuman dalam jangka waktu yang panjang tidak mempunyai pengaruh, justru banyak segi negatifnya daripada segi positifnya.
Macam-macam reinforcement
Penguatan (reinforcement) dalam teori Skinner ini dapat dibedakan dalam beberapa bagian sebagai berikut:

1.      Ratio reinforcement, yaitu reinforcement yang diberikan setelah respons muncul dalam jumlah tertentu.
2.      Interval reinforcement, yaitu reinforcement yang diberikan setelah respons pertama, sesudah habisnya jangka waktu tertentu atau tidak langsung . (Walker, 1973:133, 134).
3.      Penguat primer, yaitu penguat yang meningkatkan keseringan merespon tanpa perlu latihan untuk itu, contoh : makanan, uang.
4.      Penguat skunder, disebut pula penguat berkondisi, yaitu kelompok penguat yang berpengaruh pada tingkah laku melalui pelatihan ( conditioning ), contoh bunyi gorengan, aroma sate.
5.      Penguat generalisasi: penguat yang berfungsi dalam berbagai situasi dan diasosiasikan dengan penguat primer, seperti : senyuman, pujian perhatian, persetujuan.
6.      Penguat alami, penguat yang ada secara alami, seperti: kesempatan, bermain.
7.      Penguat akalan (kontrive) atau yang diatur, tetapi dilaksanakan dengan bijaksana, seperti keluar kelas lebih cepat, waktu bebas, piagam.
2.5 Programing operant conditioning
Pelajaran dalam konteks pembelajaran menurut Skinner dapat dilihat bahwa tujuan, metode dan hasil belajar dikontrol secara ketat ( Nasution, 1991 : 54).
Untuk itu guru perlu mempunyai kemampuan menganalisa pelajaran menjadi unit-unit kecil yang dapat dipelajari anak dengan kemampuan sendiri. Oleh karena itu guru juga perlu melakukan programming pelajaran menjadi unit-unit kecil dalam urutan yang membawa siswa selangkah demi selangkah kearah tujuan pelajaran ( Ibid : 54 )
Tentang bagaimana membuat urutan materi pelajaran. Hal ini sangat ditentukan oleh kemampuan analisis guru terhadap materi, tujuan dan  metode, misalnya :
·         Sejarah dengan urutan kronologis
·         Matematika dengan urutan logis
·         Urutan sederhana-kompleks
·         Urutan mudah-sulit
·         Urutan spesifik-umum,khusus-konsep/generalisasi, dan urutan keseluruhan bagian-bagian
Programming yang telah dibuat menjadi unit-unit dan berurutan dan diaplikasikan secara bertahap dan konsisten, kemudian dikontrol secara ketat terhadap respons –respons yang ditimbulkan guna menentukan reinforcement yang akan diberikan.
Bentuk nyata oprasionalisasi dari teori ini adalah sebagai berikut :
Stimulus (SI ) akan melahirkan respon (RI), respons ini kemudian diberi penguatan (reinforcement). Kemudian respons (RI)  menjadi stimulus (S2) yang dapat menimbulkan respons (R2), selanjutnya diberikan penguatan dan begitu seterusnya. (Nasution, 1991 :52,53).
Dalam pemberian stimulus menurut teori ini dapat berupa stimulus positif, yaitu stimulus yang langsung dapat direspons oleh subjek dan segera diberikan reinforcement atau dapat juga dengan stimulus diskriminatif (Sd), yaitu sembarang stimulus yang hadir secara tiba-tiba bilamana suatu respons menerima penguatan (Gredler, 1991 :125 ).
Berkaitan dengan respons terhadap stimulus ini , Skinner membedakan adanya dua macam respons dalam operant conditioning, yaitu :
1.      Respondent respon : yaitu respons yang ditimbulkan oleh stimulus tertentu dan respons tersebut relative tetap, misalnya makanan menimbulkan air liur, setiap kali ada makanan yang didekatkan pada subjek maka secara spontan air liurnya akan muncul.
2.      Operant respon : yaitu respons yang timbul oleh suatu stimulus dan diberikan penguatan (reinforcement). Sebagai contoh , seorang siswa yang dapat menyelesaikan denagan baik soal matematika yang diberikan oleh seorang guru dan kemudian guru itu memberikan penguatan berupa senyuman atau pujian maka siswa tersebut akan terpacu untuk dapat pula menyelesaikan soal-soal yang diberikan selanjutya. Respon inilah yang menjadi fokus teori Skinner.
Secara ringkas teori Skinner memiliki tiga elemen, yaitu Stimlus (S), Respons (R) dan reinforcement. Setiap elemen ini saling terkait satu sama lain, dan bersifat sircular, dan bukan merupakan elemen yang berdiri sendiri yang suatu saat terlepas dari elemen yang lain.
Prinsip utama atau pokok dari teori operant conditioning B.F Skinner ini adal pemberian reinforcement (penguatan).

2.6 Stimulus generalization dan discrimination pada operant conditioning
1. Generalization (Generalisasi)
Generalization  pada operant conditioning adalah memberikan respon yang sama terhadap stimulus yang sama atau mirip. Fokus perhatiannya adalah  tingkat dimana perilaku disamaratakan dari satu situasi ke situasi yang lain.
Sebagai contoh, anak kecil yang mendapatkan penguatan oleh orang tuanya karena menimang dan menyayangi anjing keluarga, ia akan segera mengeneralisasikan respon menimang anjing itu dengan  anjing yang lain. Contoh lain, seorang guru memuji siswanya apabila siswa itu mengajukan pertanyaan yang bagus yang berhubungan dengan bahasa Inggris, hal ini disamaratakan dengan kerja keras dalam sejarah, matematika maupun dalam mata pelajaran yang lain.
2. Discrimination (diskriminasi)
Diskriminasi dalam operant conditioning berarti melibatkan perbedaan antara stimulus-stimulus dan kejadian-kejadian lingkungan, atau dapat diartikan merespon stimulus yang menunjukkan bahwa sebuah perilaku akan atau tidak akan dikuatkan.
Sebagai contoh, Jika dikaitkan dengan contoh diatas dimana anak akan mengeneralisasikan menyayangi anjing keluarga dengan anjing yang lainnya, sedangkan hal itu bisa saja berbahaya ( dapat dikatakan, anjing tetangga sangat galak dan suka menggigit) maka orang tua harus memberikan latihan diskriminasi, sehingga anak mendapatkan penguatan jika ia menyayangi anjing keluarga dan bukan anjing tetangga, dengan cara  oranng tua menunjukkan aspek-aspek anjing yang melihatkan keramahannya( misalnya ekornya biasa dikibas-kibas) sehingga anak akan bisa mengenali mana anjing yang rmah dan biisa disayang dan mana anjing yang galak. Contoh lain, seorang siswa tahu bahwa wadah di  meja guru yang bertulisan “ Matematika” adalah tempat ia harus meletakkan tugas matematika hari ini, sementara wadah lainnya yang bertulisan “ Bahasa Inggris “ adalah tempat tugas bahasa inggris hari ini harus diletakkan.
2.7 Eksperimen Skinner
Teori tentang belajar atau proses kondisioning operant dikembangkan oleh Skinner (1938) dari eksperimennya dengan tikus. Tikus dilatih melalui proses kondisioning klasik untuk menekan sebuah tuas jika ia mau makanan. Jika tuas ditekan, makanan keluar dari sebuah lubang. Setelah tikus mampu menekan tuas setiap kali ia menginginkan makanan, Skinner mengkondisikannya lagi dengan lampu. Kali ini hanya jika lampu menyala, tuas itu dapat menghasilkan makanan ditekan. Kalau tidak ada lampu, tuas tidak mendatangkan apa pun, walaupun ditekan-tekan. Lama-kelamaan tikus belajar untuk menekan tuas hanya jika lampu menyala. Nyala lampu tersebut dinamakan rangsang diskriminan (pembeda), yaitu yang membedakan antara keadaan di mana ada ganjaran dan tidak ada ganjaran.
2.8 Penerapan Teori Behavioristik B.F. Skinner (Operant Conditioning)
Belajar ketika perilaku akan dan tidak akan diperkuat merupakan bagian penting dari operant conditioningOperant conditioning memiliki manfaat praktis dalam kehidupan sehari-hari. Orang tua dapat mengontrol dan memperkuat perilaku anak-anaknya agar sesuai dengan nilai moral dan norma dengan memberikan hukuman pada perilaku yang tidak sesuai, serta menggunakan positive reinforcement untuk memperkuat perilaku yang sesuai . Di dalam kelas, guru memperkuat kemampuan akademik yang bagus dengan teknik positive reinforcement yaitu dengan memberi sedikit hadiah atau hak-hak tertentu sebagai bentuk penghargaan terhadap apa yang telah diperoleh siswa.
Perusahaan menggunakan hadiah atau bonus untuk memperbaiki kehadiran, produktivitas, dan keselamatan kerja bagi para pekerjanya.Pakar psikologi menggunakan prinsip-prinsip belajar operant conditioning untuk merawat anak-anak atau orang dewasa yang memiliki kelainan.  Pakar psikologi juga menggunakan teknik operant conditioning untuk merawat kecenderungan bunuh diri, kelainan seksual, permasalahan perkawinan, kecanduan obat terlarang, perilaku konsumtif, kelainan perilaku dalam makan, dan masalah lainnya.
Langkah-langkah pembelajaran yang dapat di tempuh berdasarkan teori operant conditioning adalah sebagai berikut :
1.      Mempelajari keadaan kelas
Guru mencari dan menemukan perilaku siswa yang positif atau negative. Perilaku positif akan diperkuat dan perilaku negatif di perlemah atau dikuramgi.
2.      Membuat daftar penguat dan positif.
Guru mencari perilaku yang lebih disukai oleh siswa, prilaku yang kena hukuman, dan kegiatan luar sekolah yang dapat dijadikan penguat.
3.      Memilih dan menentukan urutan tingkah laku yang di pelajari serta jenis penguatnya.
4.      Membuat program pembelajaran
Program pembelajaran ini berisi urutan perilaku yang dikehendaki , penguatan, waktu mempelajari prilaku, dan evaluasi. Dalam melaksanakan program pembelajaran, guru mencatat perilaku dan penguat yang berhasil dan tidak berhasil. Ketidakberhasilan tersebut menjadi catatan penting bagi modifikasi perilaku selanjutnya.
         Sebagai ilustrasi ketertiban kelas, pada saat berlangsung proses belajar mengajar, seorang siswa berulang-ulang mengganggu teman di depannya. Guru yang melihat kelakuan tersebut segera mengamati dan menentukan apa yang akan dilakukannya, memberikan perhatian atau mengacuhkannya sebab kedua pilihan ini dapat reinforcement bagi yang bersangkutan.            
2.9 Kelebihan dan kekurangan Teori B.F. Skinner
1. Kelebihan
Pada teori ini, pendidik diarahkan untuk menghargai setiap anak didiknya.hal ini ditunjukkan dengan dihilangkannya sistem hukuman. Hal itu didukung dengan adanya pembentukan lingkungan yang baik sehingga dimungkinkan akan meminimalkan terjadinya kesalahan.
2.Kekurangan
Tanpa adanya sistem hukuman akan dimungkinkan akan dapat membuat anak didik menjadi kurang mengerti tentang sebuah kedisiplinan. hal tersebuat akan menyulitkan lancarnya kegiatan belajar-mengajar. Dengan melaksanakan mastery learning, tugas guru akan menjadi semakin berat.
Beberapa Kekeliruan dalam penerapan teori Skinner adalah penggunaan hukuman sebagai salah satu cara untuk mendisiplinkan siswa. Menurut Skinner hukuman yang baik adalah anak merasakan sendiri konsekuensi dari perbuatannya.Misalnya anak perlu mengalami sendiri kesalahan dan merasakan akibat dari kesalahan. Penggunaan hukuman verbal maupun fisik seperti: kata-kata kasar, ejekan, cubitan, jeweran justru berakibat buruk pada siswa.
Selain itu kesalahan dalam reinforcement positif juga terjadi didalam situasi pendidikan seperti penggunaan rangking Juara di kelas yang mengharuskan anak menguasai semua mata pelajaran. Sebaliknya setiap anak diberi penguatan sesuai dengan kemampuan yang diperlihatkan sehingga dalam satu kelas terdapat banyak penghargaan sesuai dengan prestasi yang ditunjukkan para siswa: misalnya penghargaan di bidang bahasa, matematika, fisika, menyanyi, menari atau olahraga.
Beberapa Kekeliruan dalam penerapan teori Skinner adalah penggunaan hukuman sebagai salah satu cara untuk mendisiplinkan siswa. Menurut Skinner hukuman yangbaik adalah anak merasakan sendiri konsekuensi dari perbuatannya.Misalnya anak perlu mengalami sendiri kesalahan dan merasakan akibat dari kesalahan. Penggunaan hukuman verbal maupun fisik seperti: kata-kata kasar, ejekan, cubitan, jeweran justruberakibat buruk pada siswa.









BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
a.       Dari pembahasan di atas mengenai teori belajar Operant Conditioning, dapat ditarik kesimpulan bahwa teori operant conditioning ini lebih menekankan kepada pembentukan tingkah laku individu melalui suatu pembiasaan respon yang dibantu dengan adanya reinforcement atau penguatan-penguatan. Operant conditioning adalah suatu situasi belajar, dimana suatu respon dibuat lebih kuat akibat adanya reinforcement secara langsung. Dimana dalam pembentukan prilaku yang dikemukakan oleh Skinner ini, memiliki beberapa prosedur, yaitu :
1. Membuat analisis atau penjabaran prilaku yang akan dibentuk, kedalam prilaku- prilaku yang lebih kecil yang menuju kepada prilaku yang akan dibentuk
2. Menentukan reinforcement yang akan digunakan
3. Reinforcement hanya akan diberikan pada prilaku yang makin dekat dengan prilaku yang akan dibentuk.
b.      Dalam pembentukan perilaku melalui reinforcement ini, Skinner membagi reinforcement menjadi dua macam, yaitu reinforcement positif dan negative, yang mana keduanya sama-sama memberikan penguatan terhadap tingkah laku. Berbeda hal nya dengan hukuman, dimana Skinner tidak mendukung digunakannya hukuman dalam rangka pembentukan prilaku, karena hukuman dalam jangka waktu yang panjang tidak mempunyai pengaruh, justru banyak segi negatifnya daripada segi positifnya.
c.       Dan juga perlu diperhatikan, bahwa dalam hal waktu pemberian reinforcement, sebaiknya dilakukan secara bervariasi dan berselang-seling, tidak ditetapkan dalam satu waktu yang selalu sama. Dan di dalam operant conditioning ini ada yang dinamakan pemadaman dan pemulihan kembali, serta ada yang disebut dengan generalisasi dan diskriminasi dalam tingkah laku.
Teori belajar operan kondisioning Skinner memberi banyak kontribusi untuk praktik pengajaran. Konsekuensi penguatan dan hukuman adalah bagian dari kehidupan dan murid. Jika dipakai secara efektif, pandangan teori ini akan mendapat membantu para guru dalam pengelolaan kelas. Demikian pula prinsip-prinsip dan hukum-hukum belajar yang tertuang dalam teori ini akan membantu guru dalam menggunakan pendekatan pengajaran yang cocok untuk mencapai hasil belajar dan perubahan tingkah laku yang positif bagi anak didik

Komentar